Risk assessment adalah sebuah proses untuk mengidentifikasi potensi bahaya serta menganalisis kemungkinan bahaya benar-benar terjadi.
Identifikasi tersebut perlu dilakukan oleh semua instansi, baik swasta maupun negeri. Sebab, melalui penilaian risiko, kita bisa mencegah dan mengontrol bahaya yang kemungkinan terjadi.
Adapun tujuan dilakukannya risk assessment adalah untuk mengidentifikasi risiko dan mencegah kecelakaan kerja, sehingga pekerjaan bisa dilakukan dengan aman.
Lebih lanjut, Anda bisa memahami terkait risk assessment di bawah ini beserta matriks dan contohnya. Yuk, simak pembahasan lengkapnya, ya!
Apa itu Risk Assessment?
Risk assessment adalah proses identifikasi, penilaian, dan analisis risiko yang terkait dengan suatu aktivitas tertentu. Dalam bahasa Indonesia, risk assessment disebut sebagai penilaian risiko.
Secara sederhana, tujuan risk assessment adalah untuk mengidentifikasi potensi bahaya, melakukan evaluasi kemungkinan dan dampak dari bahaya tersebut.
Kemudian, penilaian ini juga bertujuan untuk mengembangkan strategi dalam mengurangi atau mengelola risiko dengan cara yang lebih efektif.
Perlu dipahami, bahwa penilaian risiko berbeda dengan analisis dan manajemen risiko. Namun, ketiga hal ini mempunyai hubungan yang erat dan saling berkaitan.
Risk assessment pun merupakan prosedur yang wajib dilakukan dalam praktek pengelolaan bisnis. Tujuannya, untuk melindungi aset yang dimiliki serta potensi yang bisa dimanfaatkan.
Paling penting, dilakukan identifikasi potensi serta risiko hal-hal yang bisa membahayakan bisnis. Hal ini wajib dilakukan dengan cermat dan tepat.
Langkah-langkah Risk Assessment
Terdapat beberapa langkah dalam melakukan risk assessment. Langkah ini dilakukan untuk mengidentifikasi risiko dan menganalisis lebih tepat.
Terlebih lagi, risk assessment adalah proses yang sistematis dan terstruktur untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola risiko terkait aktivitas tertentu.
Langkah-langkah risk assessment adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi risiko
Pertama, melakukan identifikasi semua potensi bahaya atau kejadian yang bisa menyebabkan kerugian atau gangguan.
Tujuannya adalah demi menggali semua kejadian yang mungkin bisa menghambat tujuan perusahaan. Biasanya melibatkan pengumpulan informasi berupa observasi, wawancara, hingga menggunakan data historis.
2. Analisis risiko
Setelah proses identifikasi dilakukan, selanjutnya adalah melakukan analisis risiko lebih mendalam. Tujuannya untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi masalah bisa terjadi serta dampaknya.
3. Evaluasi risiko
Hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya, maka diperlukan untuk melakukan evaluasi untuk menentukan tingkat keparahan risikonya.
Langkah ini bisa memanfaatkan matriks penilaian risiko perihal tingkat keparahan serta probabilitas yang telah ditentukan sebelumnya.
4. Pengendalian risiko
Tahapan selanjutnya dari pelaksanaan risk assessment adalah mengembangkan strategi untuk mengurangi atau mengelola risikonya.
Strategi tersebut bisa dilakukan dengan cara pencegahan untuk mengurangi dampak dari risiko atau masalah yang terjadi. Pengendalian risiko bisa termasuk perubahan proses, penggunaan teknologi, dan lainnya.
5. Pemantauan dan tinjauan
Setelah proses pengendalian dilaksanakan, maka harus dilakukan pemantauan dan tinjauan terhadap strategi yang telah dibuat sebelumnya.
Kondisi tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa pengendalian yang diterapkan sudah efektif. Selain itu, perlu dilakukan tinjuan secara teratur untuk mengevaluasi keberhasilan strateginya.
Risk Assessment Matrix
Risk assessment mempunyai sebuah matriks yang digunakan untuk mengukur dan melakukan evaluasi risiko berdasarkan tingkat probabilitas yang akan terjadi serta dampaknya akibat kejadian tersebut.
Secara sederhana, matriks penilaian risiko adalah tabel yang digunakan untuk menentukan tingkatan risiko. Hal ini dilakukan dengan memperhitungkan peluang terhadap tingkat keparahan bahaya yang terjadi.
Matriks ini bertujuan untuk melihat risiko yang ada serta membantu mengambil keputusan atau strategi. Berikut ini penjelasan mengenai kategori risiko:
1. Extreme
Kategori pertama, yakni extreme berarti risiko yang paling penting, sehingga harus bisa segera untuk ditangani dengan basis prioritas tinggi.
Jika terjadi risiko yang semacam ini, harus tim yang bertugas harus segera bertindak. Tujuannya, supaya bisa menghilangkan risiko sepenuhnya.
2. High
Selanjutnya, kategori high yang juga diharuskan untuk segera diambil tindakan. Tujuannya, supaya segera mengetahui cara atau strategi yang tepat dalam menghilangkan risiko.
Apabila permasalahan tidak bisa segera dipecahkan dan mendapatkan solusi, maka harus menentukan batas waktu baru yang lebih ketat supaya segera terselesaikan.
3. Medium
Jika kategori risikonya berupa medium berarti harus segera mengambil langkah tepat untuk mengembangkan strategi manajemen risikonya.
Risiko semacam ini, biasanya tidak memerlukan sumber daya yang luas. Akan tetapi, bisa ditangani melalui pemikiran cerdas serta perencanaan yang logis.
4. Low risk
Kategori terakhir adalah low yang berarti risikonya masih rendah dan tidak menimbulkan masalah yang berarti.
Kendati demikian, apabila terdapat langkah yang bagus untuk membantu mengatasi risiko ini, bisa dilakukan untuk memperbaiki keseluruhan kinerjanya.
Contoh Risk Assessment di Perusahaan Teknologi
Setiap pekerjaan, tentu mempunyai risiko masing-masing dan berbeda antara satu yang lain. Risiko ini nantinya dapat berpengaruh terhadap kinerja yang dilakukan.
Namun, berikut ini kami berikan contoh penilaian risiko di perusahaan yang bisa Anda jadikan acuan atau referensi.
Misalnya, perusahaan yang bergerak di bidang teknologi dan mengembangkan perangkat lunak. Di sini, mereka juga perlu untuk menentukan risk assessment-nya.
Contoh risk assessment adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi risiko
- Identifikasi potensi kerentanan keamanan dalam perangkat lunak yang dapat dieksploitasi oleh pihak yang bertanggung jawab
- Identifikasi risiko kehilangan data pelanggan akibat kegagalan sistem atau serangan malware
- Identifikasi bahaya kesehatan mental dan fisik karyawan akibat tekanan kerja yang tinggi
- Identifikasi bahaya potensial di tempat kerja, seperti cedera fisik akibat kecelakaan atau kondisi lingkungan yang tidak sehat.
2. Analisis risiko
- Menilai tingkat probabilitas dan dampak dari risiko yang terjadi
- Menganalisis apa yang melatarbelakangi masalah bisa terjadi. Misalnya, eksploitasi kerentanan keamanan rendah, tetapi dampaknya signifikan terhadap reputasi perusahaan dan kerugian finansial.
3. Evaluasi risiko
- Menggunakan matriks penilaian risiko untuk menempatkan setiap risiko dalam konteks tingkat keparahan dan probabilitas
- Melakukan evaluasi risiko kepatuhan terhadap regulasi privasi data
4. Pengendalian risiko
- Mengembangkan strategi untuk mengurangi atau mengelola risiko yang diidentifikasi
- Mengimplementasikan prosedur keamanan yang ketat
- Meningkatkan pemantauan sistem
- Memberikan pelatihan keselamatan kerja pada karyawan
5. Pemantauan dan tinjauan
- Memantau efektivitas pengendalian risiko yang diterapkan secara berkala
- Melakukan tinjauan reguler untuk memperbarui risiko sesuai dengan perubahan yang terjadi.
Nah, itulah pembahasan mengenai penilaian risiko beserta langkah, matriks, dan contohnya di perusahaan.
Pada dasarnya, risk assessment adalah proses identifikasi dan analisis yang dilakukan untuk mengetahui risiko atau bahaya yang mungkin terjadi pada suatu aktivitas, terutama dalam instansi.
Salah satu masalah atau risiko yang terjadi di sebuah instansi adalah proses audit. Hal ini karena harus dilakukan oleh pihak yang paham dalam bidangnya, jika tidak dapat berdampak buruk bagi instansi.
Jika perusahaan Anda membutuhkan bantuan untuk proses audit, maka percayakan saja pada Audithik. Sebab, Audithik menyediakan Software Audit Internal bagi perusahaan untuk mewujudkan Good Corporate Governance.
Jika tertarik untuk menggunakan software-nya, silakan untuk hubungi kami dan konsultasikan semua kebutuhan Anda secara gratis.