Dalam sebuah organisasi atau perusahaan, audit sampling menjadi proses yang perlu dilakukan dalam memeriksa seluruh informasi yang ada sesuai dengan standar audit.
Audit sampling sendiri menjadi upaya yang tidak hanya mengurangi biaya, tapi juga mengurangi sumber daya yang mana dalam pelaksanaannya auditor akan mengambil sebagian kecil data untuk diuji.
Pengambilan sampel dari keseluruhan jumlah populasi memungkinkan auditor untuk memeriksa laporan keuangan dari kesalahan dan risiko salah saji yang mungkin terjadi.
Artikel ini akan membahas dasar-dasar dan beberapa hal yang perlu diketahui sebagai gambaran bagaimana cara kerja seorang auditor dalam mengambil sampel audit.
Apa Itu Audit Sampling?
Audit sampling adalah metode untuk mengambil dan menginvestigasi sebagian kecil sampel dari jumlah keseluruhan untuk diuji dan kemudian digunakan sebagai patokan kesimpulan dari keseluruhan populasi.
Prosedur pengujian sampel ini memungkinkan auditor memperoleh bukti yang membuatnya mengambil kesimpulan tanpa harus memeriksa setiap item dari data yang ada.
Hal itu tentu meningkatkan efektivitas dan efisiensi pekerjaan serta menghemat biaya audit karena tidak perlu mengidentifikasinya secara keseluruhan.
Jenis-Jenis Audit
Sebagai komponen penting untuk mengevaluasi kredibilitas informasi keuangan, lingkup audit sampling dibagi menjadi tiga, yakni:
- Audit internal, yang dilaksanakan oleh internal sebuah organisasi, seperti dalam lingkup karyawan. Sehingga proses evaluasi dan hasil audit tidak didistribusikan keluar perusahaan. Namun, audit ini berpotensi terpengaruh oleh konflik kepentingan.
- Audit eksternal, dilaksanakan oleh pihak yang dapat memberi pendapat secara adil dan tidak memihak, sehingga memungkinkan untuk terhindar dari kecurangan.
- Audit pemerintah, dilaksanakan oleh perangkat pemerintah guna mengevaluasi secara cermat data keuangan pemerintah, seperti pada laporan wajib pajak perusahaan yang tercatat di pasar saham.
Baca Juga: 7 Perbedaan Audit Internal dan Eksternal, Yuk Ketahui!
Metode Audit Sampling
Dalam pengambilan audit sampling untuk membentuk kesimpulan dan memberikan opini sesuai dengan tujuan yang ditetapkan tanpa mengevaluasi seluruh populasi, terdapat dua metode yang dapat dilakukan. Diantaranya adalah:
1. Statistical Audit Sampling
Metode ini mengusung pengambilan sampel secara statistik atau acak untuk diuji. Hal ini umumnya dilakukan pada data dengan jumlah populasi yang tinggi, lengkap dan akurat secara keseluruhan, homogen secara item, dan memungkinkan untuk dipilih secara acak.
Dalam hal ini, setiap item 1:100 memiliki kemungkinan yang setara untuk diambil dan diverifikasi keakuratannya, yang bagaimanapun tetap akan memudahkan auditor karena tidak perlu memeriksa seluruh data.
2. Non-Statistical Audit Sampling
Metode ini berlaku sebaliknya, dimana pengambilan sampelnya tidak dilakukan secara acak, melainkan bersandar pada kemampuan dan penilaian auditor.
Selain atas pertimbangan auditor, hasil auditnya juga tidak dapat digunakan untuk mewakili keseluruhan populasi. Hal itu karena data yang diuji dengan metode ini harus tidak setara (sifatnya), tidak memungkinkan untuk dipilih secara acak, atau tidak adanya daftar keseluruhan item secara lengkap dan akurat.
Tidak seperti pada statistical audit yang 10 item nya dapat memberi kesimpulan dari 100 data, metode non-statistical audit sampling dipilih oleh auditor berdasarkan ketentuan, seperti nilai transaksi yang berjumlah lebih dari 100.000, spesifikasi item yang berkaitan dengan suatu perusahaan, dan lainnya.
Tujuan Audit Sampling
- Menyediakan bukti yang cukup bagi auditor untuk mendapatkan kesimpulan dari seluruh item dengan menguji sebagian kecil dari populasi
- Meningkatkan efisiensi dan menghemat biaya audit dan sumber daya yang digunakan
- Memberikan landasan untuk menyimpulkan pendapat dengan tingkat kemantapan yang pasti pada populasi
- Memeriksa keakuratan dan kelengkapan data serta mengidentifikasi kesalahan atau ketidaksesuaian yang mungkin terjadi
- Memastikan auditor menjalankan audit sesuai dengan standarnya
- Menjadi alat untuk menyelidiki semua informasi terkait audit
Tahapan Audit Sampel
1. Menetapkan Tujuan Pengambilan Sampel
Menentukan tujuan pengambilan sampel berarti menetapkan tujuan adanya audit itu sendiri. Seorang auditor perlu memastikan bahwa data yang diidentifikasi memang sudah sesuai dengan standar audit, misalnya siapa saja yang terlibat dalam proses audit.
2. Mengidentifikasi Populasi
Sebelum menetapkan sampel, auditor perlu meninjau populasinya karena proses audit hanya akan mengambil sebagian dari keseluruhan data.
Hal ini memungkinkan auditor untuk mempertimbangkan aspek penting di dalam populasi, seperti ruang lingkup dan area yang akan diaudit sehingga auditor dapat menentukan sejauh mana pengambilan sampel dilakukan.
3. Memilih Metode Pengambilan Sampel
Di tahap ini, auditor dapat memutuskan metode mana yang akan digunakan untuk mengumpulkan sampel. Akankah berdasarkan pertimbangan auditor dengan non-statistical, atau dengan metode acak dengan statistical method.
Apabila auditor menggunakan sampel statistik, maka perlu untuk memastikan karakteristik seluruh populasi secara akurat dan lengkap, memungkinkan untuk diacak, dan bersifat homogen.
Hal itu karena pengambil sampel dengan metode statistik hanya akan memunculkan dua kemungkinan, benar atau salah. Karena itu perlu untuk mengidentifikasi populasi sebelum memilih metode.
Begitu juga ketika auditor memutuskan untuk mengambil sampel berdasarkan penilaiannya terhadap seluruh data, maka perlu untuk mempertimbangkan pengalaman dalam lingkup audit, persyaratan yang kompleks untuk mencapai tujuan audit, menimbang kompleksitas interaksi dan sistem manajemen instansi, mengkaji perubahan dalam teknologi, dan masih banyak lagi.
4. Menentukan Besaran Sampel
Auditor harus terampil dalam menentukan besaran sampel yang akan ditinjau berdasarkan waktu yang diberikan.
Meskipun dengan waktu yang terbatas, auditor diharap dapat membuat ukuran sampel yang realistis sehingga proses audit dapat berjalan secara optimal.
5. Melakukan Audit Sampel
Auditor dengan segala strategi yang telah disiapkan untuk memastikan kredibilitas proses audit tetap berjalan sesuai rencana dengan tetap fleksibel terhadap perubahan yang tetap terukur pada patokan keberhasilan audit.
Contoh Studi Kasus
Kasus contoh audit sampling misalnya, seorang auditor sedang melakukan perhitungan pada organisasi yang memiliki 50.000 transaksi dalam satu tahun. Dalam hal ini auditor menetapkan 500 sampel untuk keseluruhan populasi.
Pada pengambilan data secara acak
Jika pada 500 sampel dari 50.000 transaksi teridentifikasi adanya 5 kesalahan transaksi, maka gambaran ketidaksesuaian tersebut sebesar 1% (5/500 dari 100%) yang kemudian diproyeksikan pada keseluruhan jumlah transaksi 50.000. Sehingga dari 1% dari 50.000 menunjukkan bahwa dari 50.000 transaksi, kemungkinan terdapat 500 transaksi yang tidak sesuai.
Pada pengambilan data non-statistik
Jika 500 sampel yang diambil dari 50.000 itu didasarkan pada transaksi yang berhubungan dengan satu perusahaan tertentu. Setelah dilakukan identifikasi, auditor menemukan adanya 2 transaksi yang tidak sesuai. Setelah menguji setiap transaksi dengan sampel dan menguji kejanggalan, auditor dengan penilaian dan kemampuannya dapat menentukan ketidaksesuaian yang dimaksud dan memutuskan untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan kebutuhannya.
Kesimpulan
Audit sampling sebagai alat yang memungkinkan untuk mengidentifikasi kurang dari 100% keseluruhan data yang relevan memungkinkan auditor mendapat kesimpulan tanpa harus meninjau semua informasi.
Proses audit membutuhkan fokus penting terhadap ruang lingkup yang tinggi, kemampuan yang mumpuni, dan tentunya semua data yang dibutuhkan terpenuhi.
Audithink merupakan aplikasi yang siap mendukung tata kelola perusahaan Anda, yang mana kami dapat membantu dalam menilai risiko hingga memonitoring bisnis Anda.
Jika Anda memiliki usaha tapi masih terkendala dalam proses Audit, silakan menghubungi kontak kami untuk info lebih lengkapnya!