Dalam dunia audit, risiko adalah salah satu aspek yang harus diperhitungkan dengan cermat. Salah satu jenis risiko utama dalam audit adalah risiko inheren.
Risiko ini merupakan risiko yang melekat pada suatu objek audit sebelum adanya pengendalian internal atau langkah mitigasi lainnya. Memahami risiko inheren sangat penting untuk membantu auditor dalam menilai tingkat risiko keseluruhan dari suatu proses atau perusahaan.
Pada artikel ini, kita akan membahas secara mendalam tentang risiko inheren, mulai dari pengertiannya, contoh, cara pengukuran, hingga perbedaannya dengan risiko residual.
Apa itu Risiko Inheren?
Risiko inheren adalah kemungkinan terjadinya kesalahan atau kecurangan dalam suatu laporan keuangan atau sistem sebelum adanya pengendalian internal atau tindakan mitigasi lainnya. Risiko ini dapat timbul karena faktor eksternal maupun internal yang mempengaruhi bisnis atau proses audit.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko ini dalam audit antara lain:
- Kompleksitas transaksi – Semakin kompleks transaksi keuangan suatu perusahaan, semakin besar risiko inherennya.
- Perubahan regulasi – Perubahan aturan akuntansi atau perpajakan dapat meningkatkan risiko ini.
- Teknologi dan sistem informasi – Sistem IT yang kurang aman atau tidak mutakhir dapat menyebabkan risiko yang lebih tinggi.
- Faktor manusia – Kesalahan manusia atau bahkan niat buruk dalam pelaporan keuangan dapat memperbesar risiko ini.
Contoh Risiko Inheren dalam Audit

Untuk memahami lebih dalam, berikut beberapa contoh risiko ini dalam audit:
- Perusahaan dengan transaksi derivatif yang kompleks
Perusahaan yang sering bertransaksi dengan instrumen keuangan kompleks seperti derivatif memiliki risiko inheren tinggi karena kemungkinan kesalahan pencatatan atau valuasi yang sulit. - Industri dengan perubahan regulasi tinggi
Misalnya, perusahaan di sektor keuangan atau asuransi sering menghadapi perubahan regulasi yang bisa meningkatkan risiko ini dalam pelaporan keuangan mereka. - Kurangnya pengalaman karyawan dalam akuntansi
Jika staf yang bertanggung jawab atas pembukuan kurang memiliki pemahaman akuntansi yang kuat, risiko akan lebih tinggi karena kemungkinan kesalahan dalam pencatatan transaksi.
Cara Mengukur Risiko Inheren

Mengukur risiko ini bukanlah tugas yang mudah, tetapi terdapat beberapa pendekatan yang umum digunakan:
1. Analisis Kualitatif
- Auditor menilai risiko berdasarkan pengalaman, wawasan industri, dan pemahaman terhadap operasi klien.
- Contoh: menilai apakah perusahaan memiliki riwayat kesalahan laporan keuangan di masa lalu.
2. Analisis Kuantitatif
- Menggunakan data historis untuk mengukur probabilitas terjadinya kesalahan atau fraud.
- Contoh: menghitung rasio kesalahan dalam laporan keuangan dari tahun-tahun sebelumnya.
3. Pendekatan Berbasis Risiko (Risk-Based Approach)
- Auditor mengalokasikan lebih banyak sumber daya pada area dengan tingkat risiko yang lebih tinggi.
- Contoh: perusahaan yang sering mengalami audit dengan temuan material akan mendapatkan perhatian lebih dalam proses audit.
Baca juga: Risiko Audit: Pengertian, Jenis, Contoh dan Cara Menentukan
Perbedaan Risiko Inheren dan Risiko Residual
Banyak orang sering bingung dengan istilah risiko inheren dan risiko residual. Berikut adalah perbedaannya:
Aspek | Risiko Inheren | Risiko Residual |
Definisi | Risiko yang ada sebelum adanya pengendalian internal | Risiko yang tersisa setelah diterapkannya pengendalian internal |
Penyebab | Faktor alami dalam bisnis, kompleksitas transaksi, regulasi | Kelemahan atau ketidakefektifan pengendalian internal |
Dampak | Dapat menyebabkan kesalahan atau kecurangan sebelum mitigasi | Kesalahan atau kecurangan yang masih mungkin terjadi setelah mitigasi |
Contoh | Kesalahan pencatatan transaksi derivatif yang rumit | Kesalahan yang terjadi meskipun perusahaan memiliki sistem pengecekan ulang |
Dalam audit, tujuan utama pengendalian internal adalah untuk menekan risiko inheren sehingga yang tersisa hanyalah risiko residual yang minimal.
Baca juga: Manajemen Risiko: Pengertian, Tujuan dan Tahapan
Kesimpulan
Risiko inheren merupakan elemen penting dalam audit yang mencerminkan tingkat kerentanan suatu laporan keuangan terhadap kesalahan atau kecurangan sebelum adanya kontrol internal.
Auditor harus memahami faktor-faktor yang memengaruhi risiko inheren, cara mengukurnya, serta membedakannya dengan risiko residual agar dapat memberikan rekomendasi yang lebih akurat dalam proses audit.
Dengan memahami konsep risiko ini, perusahaan dapat lebih proaktif dalam mengidentifikasi dan mengelola risiko ini sejak awal, sehingga meminimalkan kemungkinan terjadinya kesalahan atau kecurangan dalam laporan keuangan mereka.
Butuh Solusi Audit yang Lebih Akurat?
Jika Anda ingin meningkatkan efektivitas audit dan mengelola risiko lebih baik, Audithink hadir dengan solusi audit internal yang berbasis teknologi. Hubungi kami melalui kontak Audithink untuk informasi lebih lanjut!