Dunia bisnis modern saat ini, perusahaan dituntut meningkatkan transparansi, keberlanjutan, dan kepatuhan pada regulasi menjadi krusial.
Dua konsep yang menjadi perhatian utama saat ini, yaitu GRC (Governance, Risk, and Compliance) dan ESG (Environmental, Social, and Governance). Masing-masing memiliki fokus berbeda.
GRC berfokus pada tata kelola, manajemen risiko, dan kepatuhan terhadap regulasi. Sementara, ESG berfokus pada dampak perusahaan terhadap lingkungan, sosial, dan tata kelola dalam operasional bisnis.
Peningkatan ekspektasi pemangku kepentingan dan investor, membuat integrasi GRC dan ESG menjadi penting.
Memungkinkan perusahaan lebih tangguh terhadap risiko dan terus membangun strategi bisnis berkelanjutan.
Namun, penerapan integrasi GRC dan ESG bukan tanpa tantangan. Munculnya hambatan seperti, kurangnya pemahaman akan manfaat yang diberikan, biaya tinggi, dan regulasi yang terus berkembang.
Oleh karena itu, mari kita bahas lebih dalam mengenai pentingnya integrasi GRC dan ESG, bagaimana cara mengimplementasikannya, dan tantangan yang perlu dihadapi perusahaan. Simak bersama yuk!
Sebelum memahami pentingnya integrasi GRC dan ESG, kita perlu memahami masing-masing konsep ini.
Dengan begitu, kita bisa tau keterkaitan kedua konsep bisnis ini saling berpadu dalam strategi bisnis berkelanjutan.
Apa itu GRC?
Governance, Risk, Compliance (GRC) merupakan konsep yang digunakan oleh perusahaan untuk memastikan tata kelola yang baik, efektivitas manajemen risiko, dan kepatuhan regulasi.
- Governance (Tata Kelola): Transparansi dan etika bisnis menjadi perhatian utama, mencakup sistem kepemimpinan, pengambilan keputusan, dan akuntabilitas perusahaan.
- Risk Management (Manajemen Risiko): Keberlanjutan dan operasional perusahaan melibatkan identifikasi, analisis, dan mitigasi risiko.
- Compliance (Kepatuhan): Perusahaan menghindari sanksi hukum dengan patuh pada peraturan dan standar hukum yang berlaku, baik lokal dan internasional.
Konsep GRC membantu perusahaan mencegah potensi risiko yang dapat menghambat pertumbuhan bisnis perusahaan.
Apa itu ESG?
Environmental, Social, dan Governance (ESG) merupakan konsep yang mengukur dampak perusahaan terhadap lingkungan, sosial, dan tata kelola.
ESG menjadi tolak ukur investor dalam keputusan investasi yang berkelanjutan dan berpeluang di masa depan.
Penerapan ESG dapat mendorong perusahaan untuk menjalankan bisnis yang lebih bertanggung jawab pada lingkungan, masyarakat sekitar, dan tata kelola perusahaan dengan baik.
- Environmental (Lingkungan): Pengelolaan limbah, efisiensi energi, emisi karbon, dan penggunaan sumber daya alam menjadi aspek yang dinilai terhadap dampak operasional perusahaan.
- Social (Sosial): Perlakuan perusahaan pada karyawan, tenaga kerja, pelangga, komunitas, dan masyarakat sekitar, termasuk kebijakan tenaga kerja, HAM, keberagaman & budaya, serta tanggung jawab sosial perusahaan.
- Governance (Tata Kelola): Menyoroti pengelolaan perusahaan, mulai dari transparansi, etika bisnis, struktur kepemimpinan, serta kepatuhan terhadap regulasi yang memastikan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan.
Persamaan dan Keterkaitan antara GRC dan ESG
Meskipun berbeda, GRC dan ESG memiliki keterkaitan erat untuk membangun bisnis berkelanjutan yang tangguh di masa mendatang.
GRC memberikan kerangka perusahaan dalam mengimplementasikan ESG berjalan sesuai regulasi dan kebijakan perusahaan.
Sementara ESG, mampu memperkuat strategi GRC untuk memperluas aspek keberlanjutan selain hanya kepatuhan. Tetapi juga, nilai jangka panjang bagi perusahaan dan pemangku kepentingan.
Penerapan integrasi ESG dan GRC dinilai mampu menciptakan perusahaan yang transparan, bertanggung jawab, dan berorientasi pada keberlanjutan.
Perusahaan nantinya memiliki daya saing yang tinggi, hingga dapat menjadi yang terbaik di bidangnya. Juga mendapat kepercayaan investor, pelanggan, serta masyarakat.
Pentingnya Integrasi GRC dan ESG dalam Dunia Bisnis

Lalu apa pentingnya integrasi GRC dan ESG ini dalam dunia bisnis? mengapa perusahaan perlu menerapkan kedua konsep ini? berikut alasannya.
1. Ketahanan dan keberlanjutan bisnis dapat terus meningkat
Penggabungan GRC dan ESG membuat perusahaan jauh lebih siap menghadapi tantangan di masa depan.
Konsep GRC yang mampu mengantisipasi potensi ancaman keberlanjutan operasional seperti perubahan regulasi, fluktuasi pasar, atau bencana lingkungan.
Di sisi lain, ESG memastikan perusahaan mengadopsi praktik bisnis yang bertanggung jawab pada lingkungan dan sosial untuk bertahan dalam jangka panjang.
Baca Juga :Apa itu Opini Wajar Tanpa Pengecualian? – Definisi, Contoh, dan Cara Mendapatkan
2. Peningkatan kepatuhan regulasi dan meminimalkan risiko

Perusahaan lebih proaktif dalam memastikan kepatuhan akan regulasi yang terus berkembang.
Berbagai negara terus memperketat regulasi lingkungan, hak pekerja, tata kelola, dan transparansi bagi para pelaku bisnis.
Melalui GRC, perusahaan dapat mengelola kepatuhan regulasi secara sistematis, sementara ESG membantu perusahaan menyesuaikan dengan standar global.
Risiko denda, litigasi, dan kerusakan reputasi karena tidak patuh terhadap regulasi terbukti berkurang dengan integrasi GRC dan ESG.
3. Reputasi perusahaan meningkat dan menarik investor

Saat ini, keputusan investasi oleh para investor semakin mempertimbangkan dampak yang diberikan bagi lingkungan dan sosial
Perusahaan yang menunjukan keterlibatan terhadap ESG lebih menarik bagi investor. Mereka percaya, bahwa dalam jangka panjang mampu stabil dan tetap bertanggung jawab.
Komitmen perusahaan terhadap ESG diperkuat melalui integrasi GRC. Sehingga bukan hanya sekedar ladang promosi, namun benar-benar secara nyata dan transparan diterapkan.
4. Meningkatkan efisiensi dan inovasi operasional
Implementasi kebijakan berbasis data dinilai lebih efektif melalui integrasi ESG dan GRC pada perusahaan.
Contohnya, pengurangan limbah perusahaan yang sesuai dengan standar keberlanjutan mampu mengurangi biaya operasional sesuai dengan kebijakan lingkungan dalam ESG.
GRC diterapkan untuk memastikan bahwa kebijakan tersebut telah sesuai standar dan dapat diaudit.
5. Menguatkan kepercayaan publik dan hubungan dengan pemangku kepentingan
Transparansi tata kelola perusahaan dan komitmen terhadap tanggung jawab akan lingkungan maupun sosial akan meningkatkan hubungan perusahaan dan semua yang terlibat.
Citra perusahaan menjadi baik di mata pelanggan, mitra bisnis, dan masyarakat luas yang mampu memperkuat loyalitas.
Integrasi GRC dan ESG menjadi sejalan dengan kesadaran publik akan isu lingkungan dan sosial yang saat ini dan kedepannya menjadi isu penting keberlanjutan.
Implementasi Integrasi GRC dan ESG
Integrasi GRC dan ESG bukan cuman soal mengadopsi kebijakan baru. Tetapi juga bagaimana perusahaan mengembangkan sistem untuk mendukung terlaksananya tujuan keberlanjutan dan patuh pada regulasi.
Tata kelola, manajemen risiko, serta kepatuhan pada standar yang berlaku memerlukan pendekatan strategis untuk membuatnya diterapkan secara efektif oleh perusahaan.
Berikut ini langkah-langkah utama dalam implementasi GRC dan ESG:
1. Strategi ESG diselaraskan dengan kebijakan GRC
Perusahaan perlu memasukkan aspek keberlanjutan dalam kebijakan tata kelola dan kepatuhan.
Lalu kemudian melakukan identifikasi risiko ESG berdasarkan dampaknya pada bisnis untuk dikelola melalui framework GRC.
Perusahaan kemudian menyusun pedoman kepatuhan mencakup regulasi lingkungan, sosial, dan tata kelola yang berlaku.
2. Menciptakan budaya kerja dan organisasi yang mendukung keberlanjutan
Perusahaan mendukung karyawan dengan memberi pelatihan tentang implementasi ESG dan GRC dapat mendukung tujuan berkelanjutan.
Pemangku kepentingan dilibatkan dalam menyusun dan melaksanakan kebijakan ESG dan GRC.
Transparansi menjadi poin utama selama proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan implementasi.
3. Penggunaan teknologi untuk monitoring dan evaluasi perusahaan
Pemanfaatan teknologi digital mampu membantu perusahaan dalam memonitor ESG dan regulasi yang berlaku. Sehingga risiko bisnis dapat dikelola dengan baik melalui sistem berbasis data.
Laporan keberlanjutan menjadi lebih transparan bagi para investor dan pemangku kepentingan.
Baca Juga :Artificial Intelligence: Arti, Sejarah, Manfaat, dan Contoh
4. Indikator kinierja harus ditentukan dan pengukuran dampak
Integrasi ESG dan GRC perlu diukur keberhasilannya dengan indikator yang jelas. Indikator utama yang digunakan meliputi:
- Aspek lingkungan: Meliputi pengelolaan limbah, efisiensi energi, dan reduksi emisi karbon
- Aspek sosial: Meliputi kesejahteraan karyawan, budaya kerja, dan dampak sosial program CSR
- Aspek tata kelola: Meliputi transparansi keuangan, kepatuhan regulasi, dan pengambilan keputusan berbasis ESG
5. Keterlibatan pemangku kepentingan dalam integrasi GRC dan ESG
Selain kebijakan internal perusahaan, keberhasilan integrasi GRC dan ESG juga perlu melibatkan pemangku kepentingan, yaitu:
- Regulator: Memastikan bahwa standar yang berlaku diterapkan pada kebijakan perusahaan
- Investor: Investasi jangka panjang didasarkan pada transparansi dalam pengelolaan berkelanjutan untuk menarik para investor
- Masyarakat dan konsumen: Mereka sebagai penerima manfaat dari kegiatan atau inisiatif sosial dan lingkungan yang dilakukan perusahaan
6. Evaluasi rutin dan perbaikan berkelanjutan

Tidak dapat dipungkiri jika regulasi dan ekspektasi para pemangku kepentingan terus berkembang kedepannya.
Sehingga, perusahaan perlu mengevaluasi secara berkala efektivitas integrasi GRC dan ESG, dengan beberapa cara berikut:
- Audit ESG dan GRC secara berkala
- Kebijakan perusahaan disesuaikan dengan tren terbaru regulasi dan praktik keberlanjutan
- Peningkatan implementasi ESG dan GRC melibatkan feedback dari investor, pelanggan, dan pemangku kepentingan lainnya
Baca Juga : Apa itu Fraud Audit? Pengertian, Jenis Kecurangan, dan Pencegahannya
Hambatan dalam Implementasi Integrasi GRC dan ESG
Meskipun demikian, integrasi GRC dan ESG mampu memberikan banyak manfaat bagi perusahaan.
Perusahaan akan menemui hambatan dan tantangan dalam proses implementasi kedua konsep ini. Beberapa diantaranya yaitu:
- Kurangnya pemahaman dan kesadaran: Hambatan ini menyebabkan perusahaan dapat setengah hati saja dalam mengimplementasikan GRC dan ESG.
- Biaya implementasi yang tinggi: Perlu investasi dan biaya besar, mulai dari teknologi, pelatihan, perubahan kebijakan, pembangunan sistem baru, audit berkala, dan alokasi sumber daya.
- Tantangan dalam pengukuran dan pelaporan: Perusahaan dapat mengalami tantangan dalam menilai efektivitas ESG, karena tidak adanya indikator pasti dan justru cenderung subjektif.
- Kurangnya teknologi dan infrastruktur pendukung: Tidak semua perusahaan memiliki infrastruktur teknologi yang mendukung. Tanpa itu, perusahaan dapat kesulitan mengelola data real-time ESG.
- Ekspektasi investor dan pemangku kepentingan dapat menemui kesulitan untuk saling menyesuaikan: Setiap investor berbeda, ada yang fokus pada aspek lingkungan dan ada yang lebih peduli terhadap transparansi dan tata kelola dan kepatuhan. Sehingga menjadi tantangan tersendiri dalam menemukan keseimbangan dan memenuhi harapan
Kesimpulan
Integrasi GRC dan ESG menjadi langkah strategis dalam meningkatkan keberlanjutan, ketahanan, dan persaingan antar perusahaan di era modern.
Meskipun demikian, integrasi GRC dan ESG menghadapi tantangan seperti kurangnya pemahaman, seperti regulasi yang kompleks, biaya tinggi, dan serta penyesuaian segera terhadap perubahan.
Bagi anda yang ingin memahami lebih dalam terkait implementasi integrasi GRC dan ESG secara efektif. Maka, mendapatkan panduan atau konsultasi dari para adil menjadi langkah yang tepat.
Yuk, konsultasikan lebih lanjut mengenai implementasi GRC dan ESG dalam bisnis anda, dapat menghubungi kami melalui halaman kontak ini.