Dapatkan penawaran menarik sekarang →

Zero Trust Security: Pengertian, Prinsip, dan Bagaimana implementasinya?

Apa itu Zero Trust Security?

Rekomendasi Topik untuk Anda

Bagikan Artikel

Daftar Isi

Ancaman siber yang terus menerus semakin canggih dalam era digital yang semakin kompleks ini, menyadarkan perusahaan bahwa tidak lagi cukup mengandalkan pendekatan keamanan tradisional.

Perlindungan data dan infrastruktur perusahaan tidak lagi dapat mengandalkan perimeter jaringan yang dinilai kurang bisa menghadapi tantangan keamanan modern.

Zero Trust Security muncul dengan membawa pendekatan keamanan baru yang berfokus pada proteksi ancaman eksternal dan internal.

Sesuai namanya, Zero Trust Security menghilangkan “kepercayaan” dalam jaringan untuk memastikan bahwa setiap akses harus diverifikasi terlebih dahulu.

Artikel ini akan membawa kita lebih mengenali Zero Trust Security, prinsip-prinsip yang mendasarinya, dan bagaimana implementasinya dalam sebuah perusahaan atau organisasi. Simak yuk!

Baca Juga : Pengendalian Internal: Pengertian, Tujuan, dan Komponen

Apa itu Zero Trust Security?

Zero trust Security merupakan model keamanan berbasis ketidakpercayaan pada pengguna, perangkat, atau jaringan secara otomatis.

Sehingga, setiap akses membutuhkan izin masuk ke sistem melalui proses verifikasi yang ketat.

Pendekatan tradisional menganggap ancaman jaringan internal itu nihil, aman, atau bahkan tidak akan memiliki masalah dibanding eksternal.

Sayangnya, serangan siber yang lebih canggih saat ini berhasil mengeksploitasi hingga kelemahan dalam arsitektur keamanan tradisional.

Menurut Microsoft, Zero Trust Security menerapkan verifikasi ketat berdasarkan identitas pengguna, perangkat, dan lainnya sebelum mendapat akses ke sumber daya.

Risiko kebocoran data dan serangan berbasis identitas dapat dicegah, baik dari ancaman eksternal maupun internal.

Baca Juga : Data Center Adalah: Definisi, Jenis, Fungsi, dan Manfaatnya 

Prinsip-prinsip Zero Trust Security

Keamanan jaringan dan data
Keamanan jaringan dan data (Sumber: Freepik)

Penerapan Zero Trust Security perlu memahami beberapa prinsip dasar sebelum mengimplementasikannya, yaitu:

1. Never Trust, Always Verify

Tidak ada yang secara otomatis dianggap aman. Seluruh permintaan akses harus melalui autentikasi dan otorisasi yang ketat.

2. Least Privilege Access (Akses dengan Hak Minimum)

Akses yang diberikan kepada pengguna dan sistem hanya sesuai dengan kebutuhan mereka. Dimaksudkan untuk mengurangi penyalahgunaan hak akses.

3. Micro-Segmentation

Potensi penyebaran serangan siber dibatasi dengan membagi jaringan menjadi segmen-segmen kecil saat pelanggaran keamanan terjadi.

4. Multi-Factor Authentication (MFA)

Metode autentikasi untuk memverifikasi identitas pengguna yang digunakan lebih dari satu, sebelum akses ke sumber daya penting diberikan.

5. Assume Breach (Selalu berasumsi ada pelanggaran)

Mengasumsikan sistem telah atau bisa saja diretas, sehingga untuk mendeteksi dan merespons ancaman dengan cepat, diperlukan langkah-langkah mitigasi secara terus menerus.

6. Continuous Monitoring and Analytics

Penggunaan AI diimplementasikan dalam sistem pemantauan dan analitik untuk mendeteksi aktivitas mencurigakan dan melakukan respons secara real-time.
Baca Juga : Audit IT: Definisi, Jenis, Tujuan, Prosedur, dan Contohnya

Bagaimana Cara Menerapkan Zero Trust Security?

Kode program keamanan data
Kode program keamanan data (Sumber: Freepik)

Implementasi Zero Trust Security tidak dapat dilakukan dalam satu langkah saja. Efektivitasnya memerlukan strategi bertahap dalam mengadopsi model keamanan ini.

Berikut ini langkah-langkah utama yang perlu dilakukan organisasi atau perusahaan dalam menerapkan Zero Trust Security:

1. Identifikasi Aset dan Data Sensitif

Perusahaan pertama-tama melakukan identifikasi aset digital yang harus dilindungi, meliputi data sensitif, aplikasi, dan sistem kritis.

Dengan demikian, perusahaan dapat dengan tepat menentukan langkah-langkah pengamanan setiap aset.

2. Penerapan Multi-Factor Authentication (MFA)

Penerapan MFA menjadi satu keharusan sebagai tingkat autentikasi lebih tinggi untuk setiap aset.

Sehingga, hanya pengguna sah yang dapat mengakses sistem walau jika kredensial mereka diretas.

3. Penggunaan Prinsip Least Privilege Access

Risiko penyalahgunaan data dan serangan insider threats dapat dikurangi dengan pembatasan hak akses.

Setiap pengguna dan perangkat hanya diberikan secara minimum sesuai kebutuhan untuk menjalankan tugasnya.

4. Menerapkan Micro-Segmentation

Penerapan strategi micro-segmentation sangat membantu pencegahan pelanggaran keamanan tidak menjalar ke seluruh jaringan.

Hanya pada segmen yang terkena masalah saja terkena dampaknya melalui pembagian jaringan dan akses kontrol. Ini memudahkan perusahaan menghadapi masalah saat terjadi peretasan sistem.

5. Pemantauan dan Deteksi Ancaman Secara Real Time

AI dan machine learning diadopsi dalam sistem pemantauan keamanan untuk mendeteksi pola aktivitas mencurigakan.

Informasi yang diterima akan lebih cepat dan akurat karena mampu mengirimkan laporan atau respons ancaman secara real-time sebelum masalah besar terjadi.

6. Penggunaan Teknologi Zero Trust Network Access (ZTNA)

Sebelumnya, mayoritas perusahaan menggunakan VPN tradisional, yang kini mulai beralih ke ZTNA.

ZTNA dinilai lebih aman karena akses ke aplikasi dan data hanya diberikan berdasarkan identitas pengguna, perangkat yang digunakan, dan kebijakan perusahaan.

7. Edukasi dan Pelatihan Karyawan

Seluruh karyawan dalam perusahaan merupakan penanggung jawab keamanan siber, bukan hanya tim IT.

Oleh karena itu, edukasi dan pelatihan menyeluruh tentang Zero Trust Security dilakukan secara berkala kepada semua pengguna untuk memahami pentingnya menjaga keamanan data.

Manfaat Zero Trust Security Bagi Perusahaan

Penerapan Zero Trust Security pada sistem keamanan perusahaan memiliki banyak manfaat, di antaranya:

  • Pendekatan “tidak ada kepercayaan” otomatis/default, membuat risiko kebocoran data dapat diminimalisir yang meningkatkan keamanan data
  • Autentikasi berlapis dan keamanan ketat memungkinkan eksploitasi oleh hacker saat melancarkan serangan siber akan berkurang
  • Micro-segmentation dan kontrol akses yang ketat dapat membatasi serangan dalam jaringan yang bergerak ke segala arah
  • Regulasi keamanan data seperti General Data Protection Regulation (GDPR) dan ISO 27001 harus dipatuhi oleh perusahaan, karena sesuai dengan Zero Trust Security
  • Zero Trust Security bersifat fleksibel, artinya memungkinkan karyawan dapat mengakses sumber daya perusahaan dimanapun dan kapanpun

Baca Juga :Audit Internal ISO: Pengertian, Tujuan, dan Mekanisme Penerapan

Tantangan dalam Mengadaptasi Model Zero Trust Security

Server berisi data penting perusahaan
Server berisi data penting perusahaan (Sumber: Freepik)

Meskipun menawarkan segudang manfaat dan kelebihan, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi perusahaan dalam penerapannya:

  • Bagi perusahaan yang memiliki infrastruktur IT lama, menjadi sebuah tantangan besar karena Zero Trust Security memerlukan perubahan mendasar dalam arsitektur keamanan
  • Investasi pada biaya dan waktu oleh perusahaan. Investasi pada software, hardware, dan pelatihan tenaga kerja memerlukan biaya lebih dan waktu yang tidak singkat
  • Perubahan yang dilakukan perusahaan dapat menimbulkan penolakan oleh sebagian pihak, terutama jika kebijakan dianggap terlalu rumit dan menghambat kinerja karyawan
  • Perusahaan perlu mencari IT engineer yang memiliki pemahaman mendalam tentang arsitektur Zero Trust Security untuk memastikan dapat berjalan secara efektif

Peran Zero Trust dalam Kepatuhan Regulasi

Dokumen persetujuan regulasi
Dokumen persetujuan regulasi (Sumber: Freepik)

Perkembangan regulasi saat ini, mengharuskan perusahaan menerapkan standar keamanan ketat akibat meningkatnya perhatian pada keamanan siber.

Persyaratan regulasi seperti, GDPR, Health Insurance Portability and Accountability Act (HIPAA), dan National Institute of Standards and Technology (NIST) menuntut perlindungan lebih kuat, kontrol akses ketat, dan pemantauan keamanan secara real-time.

Kesimpulan

Model keamanan Zero Trust Security membawa perubahan baru bagi dunia keamanan jaringan tradisional menuju yang lebih modern dan kompleks.

Berdasar pada prinsip “Never Trust, Always Verify” yang mampu memberikan perlindungan data jauh lebih baik terhadap ancaman siber.

Tentu saja, dalam implementasinya tidak dapat dilakukan secara instan. Zero Trust Security perlu dilakukan secara bertahap dengan menerapkan autentikasi berlapis, segmentasi jaringan, dan pemantauan real-time.

Dengan mengadopsi Zero Trust Security dalam sistem keamanan perusahaan, dapat meningkatkan ketahanan, perlindungan data berlapis, dan mematuhi regulasi keamanan yang terus berkembang.
Pahami lebih lanjut tentang Zero Trust Security melalui konsultasi bersama Audithink dengan para pakar siber terbaik. Guna menemukan solusi sesuai dengan kebutuhan anda.

Artikel Terkait Lainnya

Apa itu Endpoint Security?
apa itu virtual private server
Mining rig yang membutuhkan koneksi internet

Cari tahu bagaimana penerapan aplikasi audit dapat memberikan dampak positif bagi perusahaan secara berkelanjutan.

Konsultasi Kebutuhan Anda